Minggu, 14 Februari 2010

Landasan Teori (1. Iman Kepada Yang Gaib)

G. Landasan Teori
1. Iman Kepada Yang Gaib
a. Pengertian
Iman itu berdasarkan bahasa berarti “Pembenaran” dan berdasarkan terminologinya bermakna: “Perkataan lisan yang dibenarkan oleh hati dan diamalkan oleh raga yang bertambah oleh ketaatan dan berkurang oleh maksiat.” Iman juga adalah mengimani segala yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan akal, yaitu hal-hal yang telah diberitakan tentang Allah SubhanhuWata’ala dan tentang para rasul-Nya.
Sedangkan Ghaib adalah setiap sesuatu yang tidak dapat diindra, baik yang diketahui maupun yang tidak. Dan iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa di jangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi ia diketahui oleh wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. .
Ar-Raghib Al-Asfahany berkata: “Apa saja yang lepas dari jangkauan indra dan pengetahuan manusia adalah ghaib”. Al-Baji berkata: “Ghaib adalah apa yang tidak ada dan apa yang tidak tampak oleh manusia”. Sedangkan jin termasuk “yang ghaib” yang wajib kita imani, karena terdapat banyak dalil, dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menyatakan eksistensinya.
b. Dasar Keimanan kepada yang Ghaib
Kitab Suci Al-Qur’an yang kita yakini sebagai salah satu dari rukun iman, yang wajib kita yakini tanpa ragu sedikitpun, dan telah memberikan keterangan bahwa beriman kepada makhluk Allah yang ghaib salah satu dari ciri pribadi seorang yang beriman dan bertaqwa pada Allah SubhanahuWata’ala. Percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu “yang maujud” yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, karena terbukti adanya Allah, Malaikat-malaikat, Hari akhirat, adanya jin, iblis, syaitan, sihir dan lain sebagainya, sebagaimana Firman Allah;
             … 

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib....”. (QS. Al-Baqaroh/2:2-3).

Dalam Al-Qur’an Tafsir wa Bayan pada kalimat “yu’minuuna bilghoibi” dijelaskan, ”membenarkan apa saja yang dikhabarkan oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala tentang adanya surga, neraka, perhitungan, dan hari kiyamat serta semua hal yang serupa dengan itu” ,
Dalam Kitabul Iman karangan Syaikh Azziddan dkk, dikatakan Bahwa, Siapa yang tidak mengimani dari salah satu rukun iman, sama halnya tidak mengimani keseluruhan rukun iman itu sendiri. Na’uzubillahi min zaalik.
Rasulullah Bersabda: “Kunci-kunci ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahui selain Allah. Sesungguhnya di sisi Allah terhadap ilmu tentang kiamat, Dia menurunkan hujan, dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidak ada jiwa (manusia) yang mengetahui apa yang bakal ia peroleh (alami) besok. Dan tidak ada jiwa yang mengetahui di negeri mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad dari Ibnu Umar, lafadznya Ahmad.

Eksistensi jin yang termasuk “ghaib” dan wajib kita imani banyak di sampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an diantaranya adalah:
       
“Dia adalah Allah, Yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu,…” (QS. Al-Jin/72:26)

                   
“ Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan”. (QS. Al-Ahqaaf/46:29).

                            

“Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri Kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al-An’am/6:130).


          

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”.(QS. Al-Jin/72:6).

                 

“Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menebus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”. (QS. Ar-Rahman/55:33).

             

“Katakanlah (hai Muhammad): Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,”. (QS. Al-Jin/72:1).

Di dalam As-Sunnah Rasulullah bersabda:
اِنَ الشَيْطَانَ يَجْرِ اِبْنُ اَدَم فِي مَجْرِ الدَام
“Sesungguhnya syaitan (jin kafir) berjalan cepat dari anak Adam di tempat mengalirnya darah”. (HR.Bukhari dan Muslim).

“Jin ada tiga kelompok: Satu kelompok terbang melayang di udara. Satu kelompok lagi berupa ular dan anjing. Dan satu kelompok lagi diam di Lumpur dan berjalan”. (HR. Ath-Thabarani, Al-Hakim dan baihaqi dengan sanad yang sahih, shahih al-Jami’ :3/85)

Abu Sa’ad Al-Khudari ra mengatakan bahwa Rasulullah saw. Berkata kepadaku, “Aku melihatmu sangat menyukai kambing dan tanah yang luas, maka apabila kamu berada di tengah kambing-kambing kamu dan tanah lapangmu sedang waktu shalat sudah datang maka angkatlah suaramu dengan adzan. Karena sesungguhnya tidaklah mendengar gema adzan dari golongan jin maupun manusia kecuali mereka akan menjadi saksi bagi muadzin pada hari kiamat”. (HR.Bukhari).

Ibnu Taimiyah dalam buku Majmu’ Al-Fatawa: 19/10, mengatakan: “Tiada satupun dari golongan-golongan Islam yang tidak percaya atau mengingkari tentang exsistensi jin. Demikian juga mengenai diutusnya Muhammad saw kepada mereka. Dan sebagian besar dari golongan orang-orang kafir, seperti Ahlul kitab, orang-orang musyrik arab lainnya, baik dari keturunan Ham, mayoritas orang Kan’an, Yunani maupun keturunan Yafits, juga mengakui dan menetepkan adanya jin”.
Masih banyak landasan teori Al-Qur’an dan sunnah serta kauliyah Ulama yang meriwayatkan tentang hal-ihwal jin.
c. Mengenal Beberapa Istilah Makhluk Ghaib
1) Iblis,
Iblis adalah oknum jin yang dengki pada Adam, karena ia merasa lebih mulia yang tercipta dari api sedangkan Adam dari tanah, ini di dasari sifat takaburnya, sebagaimana firman Allah:
                  

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al-A’raaf/7:12).

Golongan jin ini kecewa kepada Allah karena diharuskan sujud kepada Adam. Akhirnya, iblis milih membangkang dengan tidak mentaati perintah Allah, tidak mau sujud pada Adam.
                            

“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia dari golongan jin, maka mereka mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil mereka (jin/iblis) dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain Aku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim”. (QS.Al-Kahfi/18:50).

Kehidupan iblis diberi oleh Allah sepanjang zaman, mulai Adam sampai hari kiamat, sebagaimana firman Allah, “Maka keluarlah kamu (iblis) dari surga. Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk, dan kutukan-Ku tetap atasmu hingga hari kiamat.” Iblis berkata, “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku hingga hari mereka di bangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya engkau termasuk yang diberi tangguh hingga hari yang ditentukan (kiamat)”. Iblis menjawab, “Demi kekuasa-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. (QS. Shaad/38:77-83).
2) Syaitan, tempat, kesukaan, makanannya dan ihwalnya.
Syaitan berasal dari kata syathana yang berarti salah atau sesat dan jauh dari kebenaran. Menurut Ibnu Taimiyah syaitan itu berasal dari jin. Dan syaitan ada dua jenis, yaitu syaitan golongan jin dan syaitan golongan manusia, sebagaimana firman Allah;
                         

“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”. (QS. Al-An’am/6:112).

[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.

  • ••   •   •   • •• 

“ dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”. (QS. An-Naas/114:4-6).

Diantara tempat-tempat syaitan, yaitu; reruntuhan bangunan atau tembok, padang sahara, kotor termasuk WC, menjelang gelap, menetap di rumah-rumah yang ditempati manusia, pertemuan antara sinar matahari dan bayangan, rumah kosong tidak ada penghuni atau kosong dari penghuninya yang tidak pernah dzikrullah, patung, anjing, lisan-lisan yang menimbulkan perselisihan antar manusia, tandus, hutan rimba, tempat sampah, rerumputan yang kering, orang yang sangat marah, seorang tua yang sering bermain dengan setan dan mengunjungi tempat-tempat tinggal dan tempat bermainnya setan. Dan masih banyak tempat lain yang mengiringi kesamaan sifat bawaan dengan jin atau syaitan.
Syaitan dan jin segolongan, mereka makan dan minum, sebagaimana jawaban Nabi ketika di tanya oleh seorang sahabat Abu Hurairah rahasia larangan Nabi membawa tulang dan kotoran binatang kehadapan Nabi. Jawabnya,”Tulang dan kotoran binatang itu merupakan makanan jin”(Shahih Al-Bukhari). Hal ini pun sejalan dengan hadits dalam Sunan Tirmidzi, Shahih Muslim, HR. Muslim dan Ahmad.
3) Qarin
Qarin berasal dari kata qarana yang berarti mendampingi, menemani, menyertai atau membarengi. Jadi qarin berarti pendamping, penyerta, yang membarengi, atau teman. Manusia memiliki dua jenis qarin, yakni berupa malaikat dan yang berupa jin/syaitan. Sebagaimana firman Allah.
           •                           •    ••         •                  

“Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tipa diri, bersama dengan dia seorang malaikat, pengiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkap dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. Dan saat itu berkatalah qarin (malaikat pendampingnya): “Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku”. Allah berfirman:”Lemparkanlah olehmu berdua kedalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sesembahan selain dari pada Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat”. Lalu berkata qarin (pendamping dari jin/syaitan), “Wahai Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”. (QS. Qaaf/50:20-27).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar